
Jawaban :
Pekerjaan atau profesi dalam Islam merupakan bagian dari mualamalah. Dalam muamalah, semua dibolehkan selama tidak melanggar rambu-rambu syariah yang telah ditetapkan. Demikian halnya dengan profesi sebagai pengacara. Dari aspek kebutuhan hukum, profesi pengacara bisa menjadi ladang amal yang sangat besar karena fungsinya yang menyediakan pembelaan hukum agar klien tidak dipermainkan oleh hukum atau dakwaan yang melampaui keharusan. Hadirnya pengacara telah ikut membantu tegaknya keadilan dan pemberlakuan hukum secara bijak. Sudah menjadi tugas pengacara untuk tidak gentar membela yang lemah dan bukannya tegar membela yang bayar sehingga tidak ada yang merasa terzalimi. Maka, bisa dikatakan bahwa pengacara merupakan profesi yang mulia.
Jika pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya, kehadiran pengacara malah menjadi bagian dari upaya untuk menghilangkan atau menjauhkan tersangka dari jeratan hukum yang seharusnya dia terima, maka hal tersebut bukan dasar terlarangnya profesi menjadi pengacara. Hal tersebut lebih pada perilaku oknum yang tidak bertanggung jawab. Memang harus diakui, beberapa oknum pengacara dengan kepandaiannya dapat mempermainkan hukum atau menjadi tangan kanan tersangka. Dia bersekongkol dengan mafia hukum meski tahu bahwa hal itu merupakan pelanggaran kode etik seorang pengacara. Kalau sudah begini, alih-alih mendapat pahala, mereka hanya akan menumpuk-numpuk dosa yang sangat besar.
Menjadi pengacara dalam kondisi hukum yang sangat lemah seperti saat ini di negara ini disikapi dengan bijak agar tidak terjebak dalam lingkaran setan mafia hukum yang merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Wallahu a’lam ■
Sumber : Bedah Masalah, Percikan Iman, No. 04 Th. XIII April 2012 / Jumadil Akhir 1433 H
No comments :
Post a Comment