Kenapa Wanita Tidak Berjilbab?


Bismillahirahmaanirrahiim, Alhamdulillah. Washolatu wa ‘alaa rasulillahi wa ‘alaa ‘alihi wa ash habihi ajma’in waman tabi’ahum bi ihsaan ilaa yaumiddin. Amma Ba’du.
Kita hidup di dunia ini tidak lain adalah untuk menghamba kepada Allah Azza wa Jalla. Menghamba berarti membersihkan diri dari segala bentuk kesyirikan dan kemaksiatan dari dalam jiwa dan raga. Ta’at kepada-Nya dari segala yang Dia perintahkan dan yang rasul-Nya ajarkan. Sebab tanpa mengikuti rasululloh Shallallahu’alaihi wa salam niscaya seseorang tidak akan diterima segala amal perbuatannya.

Allah berfirman
“artinya: Dan tidak Ku-ciptakan Jin dan Manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku” [Q.S. Adz Dzariyaat: 56]
Dan sabda rasululloh shallallahu’alaihi wa salam, “Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak berasal dari kami, maka amalannya tertolak”. [Muttafaqun 'alaih]
Artikel ini didedikasikan kepada mereka yaitu para wanita yang ingin teguh berada di atas jalan yang Haq. Artikel ini kepada para wanita yang ingin menjadi bidadari surga. Artikel ini kepada mereka yang benar-benar punya niat dan azzam (kemauan) yang kuat untuk bisa merubah diri mereka menjadi yang lebih baik. Artikel ini dikhususkan kepada saudara-saudara-ku seiman yang mana teman mereka, saudara mereka, keluarga mereka dilanda dilema karena syetan menghembuskan rasa was-was ke dalam hati mereka, karena syetan menghembuskan keragu-raguan sehingga hatinya goyah. Semoga saya bisa menasehati diri saya sendiri, dan siapapun yang membaca artikel ini.
Mohon dibaca kata perkata, jangan diskip, jangan melompat-lompat bacanya. Baca dari awal sampai akhir, semoga engkau mendapatkan hidayah.
Jilbab, Makhluk apa itu?
Jilbab adalah makhluk yang melindungi seorang wanita agar para laki-laki tidak terkena dosa, sehingga dosa itu akan dibebankan juga kepada para wanita yang tidak memakainya. Makhluk ini sungguh mulia, karena makhluk ini difirmankan oleh Allah di salah satu surat, di kitab yang penuh hikmah, sebagai petunjuk dan penyelamat seluruh umat.
Jilbab juga adalah pelindung, pelindung dari tatapan-tatapan jahat yang penuh hasud dari pria hidung belang, dari pria yang matanya jelalatan melirik bagian tubuh wanita, sehingga syetan melepaskan anak panah-anak panah beracun yang bisa membinasakan jiwa mereka. Jilbab juga adalah pembeda wanita-wanita merdeka dan para budak-budak belia. Jilbab adalah kehormatan. Jilbab adalah mahkota para wanita, yang khusus diturunkan dari langit untuk dipakai oleh para wanita, sehingga mereka menjadi terhormat, mendapatkan rahmat, dido’akan oleh para malaikat, dan para malaikat melihat mereka, sebab tentu saja para malaikat pemberi rahmat tidak akan melihat manusia yang menampakkan auratnya.
Dalil tentang jilbab,
Artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” [Q.S Al Ahzab: 59]
Dan juga
Artinya:”Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” [Q.S. An Nuur: 31]
Seberapa wajib-kah jilbab itu?
Dari dalil-dalil yang dikemukakan di atas tadi, maka sudah jelas dan perlu diperhatikan, bahwa jilbab itu hukumnya seperti sholat 5 waktu. Yaitu fardhu ‘ain bagi para wanita. Sebab dalil-dalil yang dikemukakan di atas jelas dan termasuk ayat-ayat ahkam. Jadi kalau kita memang sebagai seorang hamba, dan kalau kita memang sudah faham kewajiban bagi seorang wanita, maka sudah pasti kita harus sami’na wa atho’na (kita dengar dan kita ta’at). Jangan sampai dengan kita memikul dosa setiap hari dikarenakan tidak menta’ati perintah-Nya. Coba renungkan wahai saudariku dari ayat-ayat di Atas.
Ada sebuah cerita yang sangat masyhur di kalangan para shahabat, ketika turun ayat tentang jilbab. Para wanita, para istri kaum muslimin, mereka semua langsung mengambil kain untuk menutupi tubuh mereka, mengambil kelambu, sarung agar tubuh mereka tertutupi. Kita yang ada di zaman ini, yang mudah untuk beli baju, tidak seperti para shobahiyah, yang mana mereka terkadang untuk baju saja bergantian dengan suami mereka, haruskah ada alasan untuk tidak memakainya?
Lihatlah bagaimana para shohabiyah ini begitu ta’at kepada Allah secara ikhlas dan pasrah. Kalau kita setiap saat diuji oleh Allah, dan mengaku pasrah kepada Allah, apakah sudah kita pasrah kepada hukum-hukum dan syari’at Allah? Kalau kita selalu ta’at dan patuh kepada atasan kita, haruskah kita tidak patuh terhadap Allah, pencipta kita, raja seluruh alam. Renungkanlah wahai saudariku, renungkanlah!
Kalau kita sudah bersyukur kepada Allah, maka apa wujud syukur kita kepada-Nya kalau kepala masih gundul (tidak pakai jilbab). Buat apa juga kita selalu mengucap cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, tapi untuk syari’at yang satu ini kita tidak patuhi. Lebih mudah apakah sholat ataukah pakai jilbab? Kalau ingin sholat saja saudariku semua mampu dan bisa pakai mukena, lalu kenapa setelah sholat tidak menutup aurat mereka? Apakah ketaqwaan kepada Allah itu hanya ketika sholat dan setelah sholat tidak taqwa lagi? Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Alasan-alasan Tidak Memakai Jilbab
Saya paling tidak menemukan beberapa alasan di antara ribuan alasan para wanita tidak memakai jilbab mereka. Tapi saya ambil yang paling tinggi yang mereka jadikan sebagai alasan.
Pertama, saya ingin mengubah diri dulu agar menjadi baik, baru setelah itu memakai jilbab.
Saudariku yang dirahmati oleh Allah, sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna. Ingin mengubah diri seperti apakah kriteria yang saudari inginkan? Apakah seperti Khadijah? Khadijah radhiyallahu’anha adalah istri rasululloh Shallallahu’alaihi wa salam, yang tentu saja kalau ada ayat yang turun beliau pasti akan langsung mematuhi sebagai mana cerita saya di atas.
Ingin berubah seperti apakah saudariku? Ingin seperti para ustadzah? Mereka juga pakai jilbab. Ingin seperti shohabiyah yang lain? Mereka juga pakai jilbab. Tiada manusia yang terbaik, melainkan para shahabat. Sebab mereka adalah manusia-manusia pertama yang mengenal islam. Di masa hidup merekalah ayat turun, di masa mereka juga mereka berguru langsung kepada rasululloh shallallahu’alaihi wa salam. Kalau memang ingin berubah dulu agar menjadi lebih baik, tentunya sudah tidak bisa dibantah lagi, memakai jilbab adalah kewajiban dan keharusan. Sebab dari sinilah ujian ketaqwaan. Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Kedua, Saya ingin jilbab hati dulu baru kemudian memakai jilbab.
Saudariku yang dirahmati oleh Allah, sesungguhnya jilbab artinya adalah penutup. Apakah saudariku ingin menutupi hati dari hidayah Allah? Jangan saudariku, jangan! Ketika Allah ingin menunjukimu kepada jalan lurus jangan menghindar dan jangan menolak! Justru terimalah sambutan hidayah itu. Menjilbabi hati itu tidak ada dasarnya. Justru menjilbabi hati itu menutup diri dari rahmat Allah, dari hidayah-Nya, dari syari’at-syari’at-Nya. Hati itu untuk dibuka terhadap hidayah Allah, terhadap ayat-ayat-Nya, hadits-hadits rasululloh shallallahu’alaihi wa salam.
Dari alasan inipun sebenarnya adalah alasan yang lemah, dan tidak bisa dijadikan pegangan. Sebab kita tidak perlu menjilbabi hati. Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Ketiga, Saya ingin menguatkan mental dulu agar saya kuat, karena saya masih takut dengan tanggapan teman-teman saya di kantor.
Saudariku yang dirahmati oleh Allah, kenapa kita beribadah kepada Allah? Untuk apakah kita sholat? Untuk apa kita berzakat? Untuk apa kita berpuasa? Apakah seluruh ibadah itu kita lakukan untuk diperlihatkan kepada manusia? Kita lihat lagi kisah-kisah shohabiyah di atas. Apakah mereka ingin dilihat manusia? Sungguh kalau mereka ingin dilihat manusia, maka hapuslah seluruh amal yang dikerjakan. Tidak ada nilainya.
Apakah ketika rasululloh shallallahu’alaihi wa salam berdakwah untuk mengucapkan kalimat ‘Laailaahaillallah’ harus kuat mental dulu baru berdakwah? Tidak wahai saudariku!
Justru Allah ingin melihat perjuanganmu. Bukan hasil dari perjuanganmu. Ketika engkau mengerjakan syari’at yang dibebankan kepada seluruh umat manusia, sesungguhnya Allah menguji mentalmu. Menguji seberapa besar keimananmu. Yaitu apakah engkau termasuk hamba-Nya yang ikhlas ataukah tidak.
Setiap nabi nanti di akhir zaman ada yang punya banyak pengikut, ada yang hanya belasan, ada yang tidak sama sekali. Tapi apakah mereka yang tidak punya pengikut itu tidak berhasil dalam berdakwah? Tidak, justru mereka berhasil. Sebab mereka hanyalah utusan, tugasnya hanya menyampaikan. Kalau misalnya saudariku diejek oleh teman-teman kantor, atau teman-teman sepermainan gara-gara memakai jilbab, misalnya dikatakan “sok alim” dan yang semakna, ketahuilah “sok alim” itu lebihi baik daripada “sok bejat”. Jangan minder dikatakan sok  alim, sebab dengan dikatakan sok alim, maka itu adalah penyemangat anda bahwa sekarang anda sudah jadi orang yang lebih baik daripada sebelumnya. Mantan preman itu lebih baik daripada mantan ustadz. Ini adalah ujian saudariku, ini adalah ujian, maka reguklah nikmatnya iman ini, ambil pahalanya dan jangan disia-siakan! Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Keempat, Suami atau orang tua tidak memperbolehkan memakai jilbab.
Saudariku yang dirahmati oleh Allah, sedikit cerita saya juga pernah punya teman yang demikian. Kemungkinan kalau Allah tidak mempertemukan saya dengan teman ini, niscaya saya tidak mengenal Islam. Kenapa seseorang harus berjuang mempertahankan jilbabnya? Karena jilbab adalah kehormatan seorang muslimah. Jilbab ini adalah pertanda bahwa dia adalah seorang muslim dan bukan orang kafir. Jilbab ini juga pertanda bahwa dia itu adalah wanita terhormat yang mana dia dilindungi oleh syari’at Allah dan rasul-Nya.
Kemudian ada kaidah, “tiada keta’atan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada sang Khaliq”. Setiap keta’atan akan selalu mendapat halang rintangan, baik itu dari orang-orang terdekat, teman, ataupun masyarakat. Selama engkau berada di atas jalan yang lurus, niscaya Allah tidak menganggap dosa setiap keta’atan yang engkau lakukan untuk-Nya. Kalau orang tua melarang, maka nasehatilah orang tua bahwa jilbab adalah kewajiban. Berikan dalil-dalil yang menguatkan. Dan katakan ta’at kepada Allah itu adalah segala-galanya. Kalau mereka tetap menolak, maka tetap pakailah! Dan niscaya engkau tidak berdosa atas hal itu. Justru mereka yang menolaklah yang berdosa. Seraya itu mohon kepada Allah agar mereka diberi pintu hidayah oleh Dzat Yang Maha Agung. Orang yang berakhlaq adalah mereka yang ta’at kepada Al Kholiq yaitu sang pencipta. Yaitu dengan ta’at dengan mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah. Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Kelima, Kantor/instansi/kampus tempat saya bekerja tidak memperbolehkan.
Saudaraku yang dirahmati oleh Allah, sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas. Tiada keta’atan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada sang Khaliq. Dalam hal ini sering menjadi dilema. Sekilas cerita, saya kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya. Di sana, karyawannya tidak boleh pakai jilbab. Saya dan teman-teman berusaha memperjuangkan agar para karyawan bisa memakai jilbab. Saya kasihan kepada mereka yang pergi ke kampus pakai jilbab, tapi ketika masuk lembaga harus dilepas. Sungguh ini adalah penghinaan. Haruskah ta’at kepada instansi atau kantor daripada ta’at kepada Allah. Besar manakah adzab kepala instansi dengan raja dunia, yaitu Allah Azza wa Jalla.
Ingatlah ketika hari dibangkitkan. Ada manusia yang dilempar catatan amalnya ke punggungnya. Ada yang menerima catatan amalan dengan tangan kiri. Ada yang dibutakan matanya karena di dunia buta terhadap ayat-ayat Allah. Ia tahu ayat-ayat di Al Qur’an itu nyata, tetapi ia buta terhadap ayat-ayat tersebut. Kemudian juga ada yang telinganya tuli, dikarenakan di dunia ia mendengar ayat-ayat Allah tapi ia sama sekali tak menta’ati dan pura-pura tidak tahu ayat-ayat tersebut. Kita tahu bahwa jilbab adalah syari’at Allah, maka yakinlah dan berimanlah! Bahwa Allah akan menolongmu untuk mudah berada di atas jalan-Nya, dengan ta’at kepada-Nya. Kalau instansi tersebut tidak bisa dinasehati tentang wajibnya jilbab, maka mau tidak mau anda harus mencari instansi yang lebih baik. Karena itu adalah hak kita, karena itu adalah kewajiban kita kepada Allah. Maukah nanti kita di hari akhir dihadapkan kepada amal-amal kita yang lebih ta’at kepada manusia daripada kepada-Nya?
Keenam, Saya belum dikasih hidayah utk pake jilbab.
Saudariku yang dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidaklah setiap manusia mendapatkan hidayah taufiq. Hidayah itu dicari. Umat Muhammad Shallallahu’alaihi wa salam menadpatkan hidayah dengan mencari. Sebab hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi dengan berusaha, dengan mencari. Ada dua hidayah, yaitu hidayah Taufiq dan hidayah Irsyad. Hidayah taufiq adalah hidayah yang datang sendiri, biasanya dimiliki oleh para nabi dan rasul. Dan hidayah Irsyad adalah hidayah yang datang karena kita mencari.
Saudariku, kalau memang hidayah itu ingin masuk, maka pakailah jilbab. Sebab itu adalah sebuah usaha, sebagaimana engkau berusaha untuk membaca tulisan ini. Sebagaimana juga setiap saat engkau ingin makan, maka engkau berusaha masak, berusaha cari uang, tidak mungkin makanan itu masuk ke mulut kita dengan sendirinya. Setiap umat Muhammad pasti mencari hidayah. Para shahabat saja mencari hidayah dengan bertanya kepada rasululloh shallallahu’alaihi wa salam. Dan selalu mengikuti majilis rasululloh shallallahu’alaihi wa salam. Bagaimana dengan kita?
Orang yang berkata, “Saya belum dikasih hidayah” adalah orang yang sebenarnya tahu tentang jilbab. Tapi ia enggan mengikutinya, ia tahu kebenaran tapi ia enggan mengambil kebenaran, dan mengikuti kata hatinya. Dan ia lebih baik menjadi orang yang fasiq daripada menjadi orang yang alim. Subhanallah, jangan sampai wahai saudariku. Engkau itu lebih mulia dari orang-orang yang fasiq, dan jangan mau nanti di akhirat dikumpulkan dengan orang-orang fasiq. Engkau tahu bahwa ayat itu benar, jilbab itu wajib, lalu kenapa tidak mengikutinya dan enggan? Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Ketujuh, Saya ingin memakai jilbab, tapi jilbab itu identik dengan alim, dan juga banyak juga yang pakai jilbab tapi masih berkelakuan jelek, dan menggunakan jilbab sebagai kedok saja.
Wahai saudariku, telah saya jelaskan di atas, jilbab adalah kewajiban. Yang namanya wajib, maka mau tidak mau harus dipakai. Apakah setiap orang yang mengaku muslim pasti baik? Apakah orang yang sholat pasti baik? Ada juga koq orang yang sholat tapi pencuri, apakah kita tuduh setiap yang sholat pasti mencuri? Tentu tidak.
Urusan hati, adalah urusan Allah. Syari’at adalah syari’at. Justru jilbab adalah pengerem dari segala tindakan jelek. Sebagaimana sholat. Kalau kita faham setiap sholat memohon kepada Allah, bertaqarrub kepada Allah, berbicara kepada Allah, kalau kita setiap sholat demikian, maka niscaya dalam setiap kelakuan kita akan teringat, bahwa kita bicara kepada Allah dan Allah mengawasi kita dalam setiap keadaan. Sebagaimana jilbab, jilbab pun akan menjadi pengerem terhadap tindakan-tindakan yang tidak baik. Setiap mereka yang memakai jilbab akan sadar bahwa ia adalah seorang muslimah. Tidak ada manusia yang sempurna. Yang ma’shum itu hanya rasululloh shallallahu’alaihi wasalam.
Dan dalam beribadah, janganlah melihat bagaimana orang lain menilai kita. Lihatlah Allah yang menilai kita. Kalau Allah ingin kaum muslimah berjilbab, maka sudah pasti yang dicintai Allah itu adalah yang harus kita lakukan. Jangan pedulikan tentang omongan orang. Ibadah itu tidak ingin dilihat oleh orang lain. Ingatlah ibadah karena ingin dilihat orang itu berdosa dan tidak ada pahalanya. Bahkan ditolak!
Ibadah itu harus bersih dari riya’. Kalau memang kita ikhlas, maka bertaqwalah kepada Allah, bukan bertaqwa kepada manusia. Omongan orang tidak pernah ada habisnya, lidah manusia itu tidak akan lelah mengatai orang lain. Insya Allah, Allah akan membantu setiap hamba-Nya yang berusaha mencari hidayah, dan yang ingin merubah diri mereka.
Maukah kita menghadapi murka Allah? Maukah kita menghadapi siksa-Nya? Hidup ini bukanlah sebuah permainan, tetapi hidup ini adalah penghentian sesaat dari sebuah perjalanan yang sangat panjang. Kalau kita tidak sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, lalu kapankah kita akan sadar? Apakah menunggu nyawa sampai di tenggorokan? Lihatlah! Rasululloh shallallahu’alaihi wa salam telah wafat, berarti tanda-tanda kiamat sudah dekat. Maka apakah kita akan tunda lagi?
Kapan? Nunggu sampai kapan? Bagaimana kita menghadap kepada-Nya ketika kita tidak siap? Bagaimana kita bisa menghadap kepada Allah tapi aurat kita tampak? Bagaimana kita bisa menghadap kepada Allah tapi kita selalu menghindar dari ayat-ayat-Nya? Apakah ini wujud rasa syukur kita? Apakah ini wujud dari ketaqwaan kita?
Pantaskah kita menjawab bahwa Tuhan kita adalah Allah dan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa salam sebagai rasul-Nya kalau syari’atnya saja kita tidak menta’atinya. Walaupun memang nanti kita bisa selamat dalam menjawabnya kalau kita benar-benar muslim dan bukan orang munafiq ataupun orang kafir, tapi malu yang akan kita bawa ke hadapan Allah. Apa yang harus kita jawab kepada Allah yang Maha Besar ketika ditanya, “Kenapa engkau tidak memakai jilbab di dunia?”
Renungkanlah saudariku! Renungkanlah!
Jilbab Yang Syar’i
Seperti apa sih jilbab yang syar’i itu? Jilbab yang syar’i adalah apa yang dijelaskan pada ayat yang telah saya berikan di awal. Di surat An Nuur dijelaskan diulurkan sampai ke dada. Dan di surat Al Azhab ke seluruh tubuh. Jilbab itu sendiri menutup artinya ditutup sampai tidak tampak. Seperti kelambu yang menutup jendela sehingga apa yang ada di balik jendela tidak tampak. Dari dua ayat ini jelas bahwa jilbab adalah segala sesuatu yang menutup sehingga tidak tampak, dalam arti untuk pakaian yaitu longgar dan tidak ketat (menampilkan lekuk tubuh).
Jadi jilbab itu tidak memakai jeans. Tidak memakai baju yang ketat. Jilbab juga harus menutup dada, tidak digelung di leher, seperti jilbab-jilbab yang ngakunya jilbab modern. Tidak ada istilah jilbab modern atau jilbab gaul. Jilbab itu tetap menutup dada, dijulurkan ke bawah. Dan pakaiannya longgar, tidak ketat. Inilah yang sesuai dengan syari’at.
Nasehat saya, jika benar-benar ingin memakai jilbab, maka fahamilah kewajiban jilbab itu, fahamilah fungsi jilbab itu. Apa dosa-dosanya kalau tidak memakainya. Juga fahamilah untuk tidak menyepelekan masalah dosa. Menyepelekan dosa berarti sama saja menyepelekan adzab Allah. Kalau kita tidak takut kepada adzab Allah, apakah kita merasa aman dari adzab-Nya? Sedangkan para shahabat saja tiap hari menangis karena takut kepada adzab Allah, walaupun mereka adalah umat terbaik. Fahamilah juga bahwa waktu kita singkat untuk bisa kembali ke jalan yang benar, sebab kiamat sudah dekat, setiap saat malaikat maut mengintai kita, setiap saat malaikat maut siap mencabut nyawa kita. Apakah kita harus menunggunya mencabut nyawa kita dulu baru kita berubah?
Wahai saudariku seiman. Sesungguhnya aku menuliskan ini dengan ikhlas, semata-mata ingin mengajak kalian untuk berubah, mengulurkan jilbab-jilbab kalian. Dan ini adalah uraianku dari lubuk hatiku yang paling terdalam untuk kalian semua. Jadilah bidadari surga, jadilah muslimah-muslimah yang baik, jadilah ibu-ibu para mujahid, jadilah istri-istri para pemimpin dunia, sesungguhnya Allah tidak butuh ibadah kita, Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi kitalah yang butuh kepada-Nya. Maka dari itu sudah pantas kita ta’at kepada-Nya, dengan mematuhi segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Renungkanlah tulisan saya dan bacalah berulang-ulang!
Wallahua’lam bishawab.

sumber

No comments:

Post a Comment