"Masyarakat Indonesia suka mendengar, melihat, dan berbagi cerita,” katanya dalam kuliah umumnya di Kampus Terapung Universitas Indonesia, Depok, Selasa, 29 Mei 2012. “Saat ini saya ingin berbagi cerita bagaimana hubungan negara Barat dengan Islam."
Warsi datang diundang untuk menyampaikan kuliah umum di Universitas Indonesia. Ia berbagi cerita mengenai keberhasilan menerobos dinding pemerintahan Inggris kepada ratusan mahasiswa UI. Ia datang sebagai imigran negeri muslim seperti Pakistan. Tiga saudara kandungnya lahir dan tumbuh sebagai keluarga muslim, tapi di negara Barat. "Saya lahir pada 1971 sebagai imigran dari Pakistan ke Inggris," katanya.
Warsi pun menempuh kuliah tanpa ada perbedaan gender. Ia menjadi lulusan hukum di University of Leed. "Banyak profesi yang diterima di sana sebagai muslim, entah dokter, pengacara, atau akuntan,” katanya.
Tragedi 11 September 2001 di Amerika Serikat mengubah pandangan hidup negara Barat. Semula mereka banyak menyorot isu rasis dan warna kulit. “Berubah menjadi isu agama," kata Warsi.
Perubahan pandangan itu menjadi tantangan bagi Warsi. Dia memutuskan masuk ke sistem perubahan pandangan. "Kemudian saya pun terlibat di dalamnya dengan masuk ke parlemen untuk mendobrak perbedaan tersebut," kata Warsi.
Banyak tantangan muncul saat kampanye pemilu, khususnya di tempatnya tinggal. Namun ia diterima oleh komunitas agama.
"Hal itu menarik,” katanya. “Banyak sekali tantangan yang harus saya hadapi sebagai muslim, namun pemberitaan media begitu positif dan bisa menerima saya."
Warsi kemudian berkampanye di kelompok muslim. Dirinya melawan Perang Irak bukan karena dia Islam, tetapi karena memang harus diperjuangkan. "Sebagai seorang perempuan dan muslim, saya harus berpikiran obyektif," kata dia.
Dia telah membuktikan diri mampu mendobrak berbagai pendapat tentang gender. Memang tidak bisa dipungkiri di dalam Islam, sulit bagi perempuan untuk memimpin. “Saya mengusung perang terhadap diskriminasi soal perbedaan warna kulit dan gender. Saya tegaskan wanita juga memiliki kesempatan," katanya.
Dalam setiap pidatonya, politikus Partai Konservatif ini selalu menegaskan dirinya tak pernah membedakan identitas seseorang. "Saya pun biasa berpidato tak hanya dalam komunitas muslim, tapi di banyak tempat,” kata Warsi. Dan Warsi pun kini menjadi seorang menteri. [ sumber ]
No comments:
Post a Comment