MENGANGKAT DERAJAT DIRI MENJADI SEBAIK-BAIK MAKHLUK ALLAH



وَابْتَغِ فِيْمَاۤ ءٰتٰكَ اللهُ الدَّارَاْلاٰخِرَةَ وَلاَتَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَاللهُ اِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فِى اْلاَرْضِ اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ .

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. AL-QASHASH [28:77]

Anugerah yang kita peroleh hakekatnya berasal dari dan milik Allah, maka sudah seharusnya anugerah atau nikmat itu hanya digunakan  semata untuk melaksanakan taat dan mencari ridho-Nya. Inilah makna dari mensyukuri nikmat Allah. Jangan menjadi orang yang sombong yang menganggap anugerah atau nikmat yang kita peroleh itu berasal dari kepintarannya sendiri.


Allah melarang  umat Islam mengabaikan nikmat dunia. Etos kerja seorang muslim adalah bila telah selesai satu urusan maka dia segera pindah kepada urusan lainnya dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Bukan bermalas-malasan, bukan santai. Umat islam tidak disuruh berlama lama berdoa di mesjid atau di rumah. Setelah selesai sholat dan dzikir umat islam disuruh bertebaran di muka bumi mencari karunia Allah untuk menafkahi keluarga dan mengingat Allah banyak-banyak, dengan cara membelanjakan karunia tersebut bukan pada jalan yang dimurkai tapi  pada jalan yang diizinkan Allah SWT.

Umat Islam diperintah  berbuat baik dan adil kepada siapa pun, bahkan kepada orang kafir harus tetap berbuat baik, adil sepanjang mereka tidak memerangi kita karena agama dan tidak mengusir kita dari kampung halaman. Allah menyukai orang yang berlaku adil. Allah melarang, tidak suka perbuatan, perilaku maupun ide yang merusak. Allah tidak menyukai orang yang sombong. Karena negeri akherat memang tidak diperuntukkan bagi orang yang sombong dan berbuat kerusakan [QS 28:83]

Sungguh indah tata kehidupan umat Islam. Suatu tata sosial masyarakat yang luhur dan terhormat. Etos kerja Muslim tidak semata-mata mencari nikmat dunia tapi etos yang penuh kasih, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Saling mengingatkan, bekerja keras dan menjalin keharmonisan hubungan kepada Allah SWT, kepada sesama manusia, kepada sesama makhluk hidup, kepada alam lingkungan di bumi dan di langit. Islam adalah rahmatan lil ‘aalamiin.

Manusia satu-satunya umat yang diberi akal, pengetahuan dan kecerdasan. Dengan itu dia mampu memadu-padankan materi yang tersedia di alam menjadi bentuk yang lebih berguna. Bandingkan dengan hewan, tanaman, syetan dan malaikat. Begitu sempurna dan cerdasnya manusia dibanding mereka. Betapa Allah sudah melimpahkan nikmat menjadikan manusia sebagai makhluk dalam bentuk terbaik,ahsani taqwim [QS 95:4]

Namun ternyata kebanyakan manusia tidak bisa berterimakasih, tidak mampu memahami bahwa dirinya adalah makhluk, tidak mengenal kehadiran Allah yang telah menurunkan Buku Manual Operation dalam Kehidupan (Al-Quran), dan telah mengutus utusan-Nya untuk menjelaskan isi Manual Operation itu. Mereka inilah orang yang ingkar, durhaka, berkhianat karena memuja hawa nafsu.

Semua manusia dari bangsa apa pun adalah  ahsani taqwim, sebaik-baik ciptaan yang diberi fasilitas yang sama yaitu hati, mata dan telinga. Namun banyak dari mereka sengaja menyumbat ketiga fasilitas tersebut. Mendengar ayat Allah dia lari bahkan mengolok-olok. Hadir dalam majlis ilmu bagai memikul beban yang luar biasa berat. Padahal Allah perintahkan untuk berjihad, baik dalam keadaan ringan atau berat dan Allah berjanji akan menolong dan meneguhkan orang-orang yang menolong agama-Nya.

Sebaliknya untuk dunia begitu ringan kakinya melangkah. Terlena dalam tayangan televisi, nyanyian cinta, tarian erotis. Takjub kepada dunia, memuja hawa nafsu. Perut diisi tanpa peduli halal haram, makan seperti makannya binatang [QS 47:12]

Hatinya tidak digunakan untuk memahami ayat Allah, matanya tidak digunakan untuk membaca ayat Allah, telinganya tidak digunakan untuk menyimak ayat Allah. Hidup seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi [QS 7:179]. Inilah manusia,ahsani taqwim, yang turun derajatnya menjadi seburuk-buruk makhluk, syarrul bariyyah.

Cepat atau lambat semua manusia  menuju arah yang sama, lubang gelap 2x1 meter. Tempat menunggu sampai kiamat membangunkan dari tidur lelapnya. Jangan sampai ketika pintu masuk kembali ke dunia sudah ditutup, kita menghiba kepada Allah SWT untuk membuka kembali pintu itu dan mengembalikan dirinya ke dunia, dan berjanji akan beriman dan beramal saleh [QS 14:44].

Oleh karena itu, mumpung masih hidup, marilah kita mencari dengan segala apa yang telah Allah anugerahkan ini hanya semata-mata untuk meraih kebahagiaan negeri akherat. Caranya hanya satu, yaitu mengkaji Al-Quran dengan  kesungguhan dan tekun.

Ketika Allah sudah menciptamu menjadi sebaik-baik ciptaan, angkatlah derajatmu menjadi sebaik-baik makhluk, khairul bariyyah, jangan sampai tergelincir menjadi seburuk-buruk makhluk, syarrul bariyyah [QS 98:6-7]. Karena yang bisa mengubah dirimu hanyalah dirimu sendiri. Bukan orang lain. [QS 13:11]



No comments:

Post a Comment